Tampilkan postingan dengan label MAKANAN KHAS JOGJA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKANAN KHAS JOGJA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Januari 2011

BAKPIA FROM JOGJA


Bakpia Pathok awalnya berasal dari pembuat bakpia pertama dan terkenal sejak 1978 dari Jalan Pathok nomer 75 yang hingga kini tetap bertahan dan bernama Bakpia Pathok 75.
Seiring waktu, bermunculan pula Bakpia Pathok 25,21, 555 dan sebagainya. Untuk rasa dan kualitas, tentunya Anda harus cukup selektif. Saat Bakpia Pathok 75 masih tetap konsisten pada isi kacang hijau untuk menjaga keasliannya, rumah-rumah bakpia lain mulai mengembangkan isi dengan kacang merah, rasa cokelat, keju bahkan durian.
Bakpia Pathok ini adalah salah satu maskot jogjakarta paling terkenal selain malioboro, kalau ke jogja orang pasti bawa bakpia untuk oleh oleh sanak saudara dan teman.
Selama ini orang banyak mengenal nama bakpia Pathok, karena memang penjual dan produsen bakpia banyak bertebaran di sepanjang Jalan Pathuk (sekarang bernama Jl. KS. Tubun), yang berada di kawasan Kecamatan Ngampilan, Jogjakarta. Jika musim liburan tiba, maka dapat dipastikan jalan sepanjang kurang dari satu kilometer, dua lajur dua arah, ini akan padat dan sumpek penuh dengan kendaraan para pembeli bakpia. Tidak sulit bagi pendatang dari luar jogjakarta untuk menemukan lokasi ini. Siapapun orang jogjakarta pasti tahu kalau ditanya dimana letaknya. Nggak jauh dari Keraton Jogjakarta juga
Di sentra bakpia ini ada lebih dari 100 penjual dan produsen bakpia. Dari yang punya toko mentereng dan besar sampai yang skala industry dan toko rumah tangga,. Yang sudah sering dikenal itu ada bakpia Pathok 25, 35, 38, 55, 67, 75, 99, dan entah nomor berapa lagi. Angka–angka itu umumnya menunjukkan angka nomor alamat rumah.
Nggak ada yang tahu bagaimana ceritanya sampai mereka mulai memakai nomer rumahnya itu untuk menamai produk bakpia nya.Mungkin karena kepraktisan saja maka produsen memakai nomer rumahnya. Saking banyaknya sampai para pembeli tidak tahu lagi mana bakpia yang harus dibeli, akhirnya mereka memilih sembarang nomer bakpia asal saja bukan jenis makanan pia pia seperti lunpia, nopia, atau yang penting jangan bawa pulang kerumah sephia aja,..

Bakpia ini sangat popular, luar biasa popular. Bisa dibayangkan berapa banyak bakpia ini yang berseliweran di Jogjakarta. Apalagi musim liburan harganya berkisar Rp.10.000,- ada yang kurang sedikit ada yang lebih sedikit.
Tapi siapa yang tahu ? Saking banyaknya penjual dan produsen bakpia ini mulai terjadi persaingan tidak sehat secara diam diam yang terjadi. Persaingan tidak sehat, bahkan saling menjatuhkan, diam–diam tumbuh di kalangan sesama pedagang atau produsen bakpia. Sangat disayangkan memang. Berbeda dengan para petani salak pondoh yang berhimpun dalam Kelompok Tani, di kalangan para pedagang atau produsen bakpia ini belum memiliki paguyuban yang mampu melindungi kepentingan mereka bersama.
Semakin runyamnya persaingan ini, secara diam–diam atau sembunyi–sembunyi berdampak kepada semakin runyamnya jasa calo bakpia di seputaran Pathuk. Tidak saja mengganggu calon pembeli, terlebih meresahkan para pedagang bakpia karena akan mengurangi porsi keuntungan pedagang. Bahkan seringkali permintaan imbalan oleh para calo kepada pedagang bakpia ini dilakukan dengan setengah memaksa.
Bakpia sebenarnya berasal dari negeri Cina, aslinya bernama Tou Luk Pia, yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Selain itu pula bakpia mulai diproduksi di kampung Pathuk Jogjakarta, sejak sekitar tahun 1948. Waktu itu masih diperdagangkan secara eceran dikemas dalam besek tanpa label, peminatnya pun masih sangat terbatas. Proses itu berlanjut hingga mengalami perubahan dengan kemasan kertas karton disertai label tempelan.
Pada tahun 1980 mulai tampil kemasan baru dengan merek dagang sesuai nomor rumah, diikuti munculnya bakpia-bakpia lain dengan merek dagang nomer berlainan. Demikian pesatnya perkembangan “kue oleh-oleh” itu hingga mencapai booming sejak sekitar tahun 1992.
Ada tiga pilihan rasa yang umum untuk Bakpia Pathok. Yaitu kacang hijau, keju dan coklat. Berikut deskripsi proses serta bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan tiga rasa tersebut.
a.    Kacang Hijau
Bahan yang diperlukan untuk kumbu (isi) Bakpia Pathok rasa kacang hijau adalah : kacang hijau, gula pasir, minyak nabati, dan garam. Sedangkan bahan untuk kulit adalah : tepung segitiga, tepung cakra, minyak, dan air.
Proses pembuatan kumbu diawali dengan penggilingan kacang hijau menggunakan mesin pemecah kacang hijau. Setelah itu kacang hijau direndam dengan air panas beberapa lama kemudian dicuci sampai kulitnya terpisah dan diperoleh kacang hijau yang bersih yang sudah terpisah dari kulitnya. Kemudian kacang hijau yang bersih tadi dikukus, selanjutnya digiling agar menjadi halus. Setelah itu proses pemasakan kumbu dimulai. Yaitu kacang hijau yang sudah digiling dimasak dicampur dengan minyak nabati, gula pasir dan garam sampai matang.
Untuk proses pembuatan kulit bakpia lebih sederhana, yaitu semua bahan kulit dicampur dan diuleni sampai bisa dipotong kecil-kecil untuk selanjutnya diisi kumbu kacang hijau yang sudah dibuat tadi dan dibentuk bulat-bulat. Kemudian bakpia dipanggang menggunakan arang sampai matang. Bakpia kacang hijau ini sejak pembuatannya  dapat bertahan sampai enam hari.
b.    Keju
Bahan yang diperlukan untuk kumbu adalah: tepung segitiga , gula halus, margarin, maizena, keju, butter, susu bubuk, dan garam. Bahan- bahan ini kemudian dicampur sampai tercampur rata. Selanjutnya kumbu diisikan ke dalam kulit bakpia, dibentuk bulat-bulat kemudian dipanggang sampai matang. Bakpia dengan rasa keju ini dapat bertahan sampai sepuluh hari sejak pembuatannya.
c.    Coklat
Bahan yang diperlukan untuk kumbu adalah: tepung segitiga, gula halus, margarin, maizena, butter, coklat bubuk, pasta coklat, susu coklat kaleng, susu bubuk, dan air secukupnya. Bahan-bahan ini kemudian dicampur sampai rata kemudian diisikan ke dalam kulit bakpia, dibentuk bulat-bulat dan selanjutnya dipanggang sampai matang. Bakpia dengan rasa coklat ini sejak pembuatannya dapat bertahan sampai sepuluh hari.
READMORE - BAKPIA FROM JOGJA

SALAK FROM SLEMAN


Salak adalah salah satu buah tradisional Indonesia. Kulitnya berwarna coklat kehitaman dan bersisik, dagingnya cenderung berwarna gading. Salak pondoh memiliki rasa yang manis. Dagingnya bertekstur tebal dan lezat dan rasanya yang unik akan membuat Anda ketagihan. Mengunjungi kebun salak pondoh di Turi, Kabupaten Sleman, benar-benar pengalaman yang luar biasa untuk Anda dan orang yang Anda cintai.

READMORE - SALAK FROM SLEMAN

GEPLAK FROM BANTUL


Geplak adalah makanan tradisional khas bantul, sekarang sulit untuk bisa menjumpai makanan khas bantul ini, meskipun sebenarnya geplak masih banyak yang memburu.
Pengusaha makanan tradisional khas Bantul, geplak, di Kabupaten Bantul, mulai meningkatkan produksinya untuk menghadapi pembelian selama Lebaran 1431 Hijriah.
“Kami tingkatkan produksi geplak untuk mencukupi permintaan makanan ini selama Lebaran mendatang,” kata Kelik, pengusaha geplak mBok Tumpuk di Palbapang, Bantul, Sabtu (4/9/2010).
Menurut dia, peningkatan produksi geplak mulai dilakukan pekan ini dan akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan hingga Lebaran.
“Menjelang Lebaran ini produksi ditingkatkan dari sebelumnya rata-rata dua kuintal geplak per hari, menjadi tujuh hingga delapan kuintal geplak per hari,” katanya.
Kelik mengatakan, geplak merupakan makanan khas Bantul yang berbahan baku kelapa dan gula, jelang Lebaran ini pihaknya mengaku pembelian sudah mengalami peningkatan.
“Saat ini peningkatan pembelian sudah terjadi sekitar 20 persen, kemungkinan akan mencapai puncak pada tiga hari sebelum Lebaran hingga tujuh hari pasca Lebaran,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia konsumen geplak sebagian besar berasal dari warga luar Bantul yang memiliki keluarga di Bantul, maupun yang sedang berkunjung ke objek wisata di daerah ini.
“Makanan ini memang cocok untuk oleh oleh keluarga di kampung halaman, sehingga pada saat Lebaran permintaan meningkat drastis,” katanya.
Kelik mengatakan, selain pihaknya memproduksi geplak juga memproduksi peyek, produksi peyek juga ditingkatkan namun tidak sebesar geplak.
“Sebelumnya kami memproduksi peyek sekitar satu kuintal ditingkatkan menjadi dua kuintal peyek, pembelian saat ini juga sudah meningkat sekitar 10 persen,” katanya.
Menurut dia, geplak dujual dengan harga Rp20.000 per kilogram, sedangkan peyek dijual dengan harga Rp 30.000 per kilogram.
Kelik mengatakan, usaha makanan khas yang digeluti tersebut awalnya hanya rumahan, namun pihaknya mengaku usaha tersebut berkembang.
“Saat ini kami memiliki karyawan sebanyak 20 orang dengan omzet yang dihasilkan mencapai jutaan per bulan,” katanya.
READMORE - GEPLAK FROM BANTUL

TIWUL FROM GUNUNG KIDUL

Tiwul, makanan yang menjadi ciri khas Gunungkidul. Tiwul terbuat dari singkong yang dikeringkan (gaplek). Makanan yang selama ini diidentikkan dengan kemiskinan, sekarang menjelma menjadi oleh-oleh yang paling banyak dicari. Tiwul berhasil mendongkrak imej menembus batas gengsi. Kenangan akan romantisme masa lalu, terobati ketika butir-butir halus tiwul dinikmati. Makanan yang dulu dipakai sebagai pengganti nasi sekarang menjadi camilan dengan pemanis gula kelapa.

Tiwul Yu Tum, pusat oleh-oleh khas gunungkidul. Di tempat ini, seorang ibu bernama Tumirah, sering dipanggil Yu Tum mengolah tiwul dengan berbagai rupa dan rasa. Dengan kemasan yang lebih rapi, tiwul menjadi makanan berkelas tinggi. Kedai ini selalu diserbu pembeli, apalagi di musim liburan. Tidak mengherankan, warung kecil ini di hari biasa saja bisa beromzet lebih dari 1 juta/hari. Bagaimana tidak, per hari Yu Tum mengolah 70 kg gaplek. Harga tiwul Yu Tum bervariasi, antara Rp. 5.000 - 15.000 untuk kemasan besek (kardus dari anyaman bambu) dan Rp. 45.000 untuk tumpeng tiwul. Tiwul Yu TUm berada diJI. Pramuka No. 36. Wonosari Gunungkidul, Telp (0274) 7889300 - 081328741792.

Eksistensi tiwul juga berhasil merangsek dunia industri. PT. Sinar Sukses Sentosa, memproduksi tiwul instan dengan merk dagang Rara Srikandi. Tiwul instan ini di buat untuk menyederhanakan proses pembuatan tiwul dan mempermudah distribusi. Tiap hari, pabrik ini mengolah 50-100 ton singkong menjadi ribuan pack tiwul instan. Karena semakin meningkatnya permintaan akan tiwul instan, pabrik ini membuka cabang di Blitar, Jawa Timur. Harga tiwul instan Rp. 5.000/pack.

Romantisme kenangan akan masa lalu, mungkin merupakan faktor utama eksistensi tiwul menembus batas gengsi, lintas generasi dan menembus dunia industri.


READMORE - TIWUL FROM GUNUNG KIDUL

FOOD TRADISIONAL YOGYAKARTA

GROWOL FROM KULON PROGO
Growol, makanan tradisional dari ketela yang memiliki rasa asam yang diproduksi sebagian warga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap digemari masyarakat karena dapat mencegah maag dan kegemukan. 

Seperti dikatakan salah seorang penjual growol, Ngadiyem warga Sribit, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Senin, selama 25 tahun berjualan makanan ini di Pasar Induk Sentolo, Kulon Progo, tidak pernah sepi pembeli.

Menurut dia, growol yang memang makanan warga pelosok pedesaan ini juga digemari masyarakat di perkotaan.

"Sejak 25 tahun lalu sampai sekarang peminat growol tidak pernah menurun jumlahnya. Setiap hari saya dapat menjual sekitar 25 `tenggok` (keranjang kecil) dengan harga Rp5.000 per tenggok," katanya.

Ia mengatakan pembuatan growol membutuhkan waktu empat hari, yaitu sejak proses merendam ketela yang telah dikupas dan diiris kecil-kecil ke dalam air, kemudian ditiriskan serta dihancurkan, sebelum akhirnya dikukus.

"Tiap pagi harus dibilas supaya growol tidak berasa kecut, dan tetap putih. Mengolah growol harus dengan kesabaran, tidak boleh putus asa," katanya.

Ia mengatakan konon growol bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan menyembuhkan penyakit maag serta penyakit gula.

"Growol putih tanpa ada campuran gula dapat menyembuhkan penyakit. Biasanya growol dimakan dengan kelapa diparut, rasanya jadi gurih," katanya.

Pada zaman dulu, kata dia, growol dimakan petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat musim paceklik (krisis pangan). Hal itu karena growol masih bisa disimpan selama tiga atau empat hari. "Berbeda dengan nasi, pagi dimasak, sore sudah basi. Growol bisa tahan hingga empat hari," katanya.

Untuk mempertahankan growol tetap digemari masyarakat, kata dia dicampur dengan gula jawa agar rasanya manis. "Kalau hanya dimakan begitu saja, lama kelamaan akan bosan, biasanya ada sebagian yang saya campur dengan gula jawa, karena growol dengan ditambah dengan gula lebih enak dan tidak hambar," katanya.

Menurut dia, kesulitan pembuat growol adalah tidak stabilnya pasokan bahan baku berupa ketela."Beberapa bulan terakhir, pasokan ketela pohon dari petani tidak lancar. Saat lancar, pasokan ketela pohon datang seminggu tiga kali. Namun, saat sepi, tidak ada pasokan dalam seminggu, sehingga terpaksa harus ke Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk membeli ketela," katanya.

Ia mengatakan setiap hari dirinya dalam memproduksi growol membutuhkan ketela 90 kilogram. "Saat tidak ada pasokan ketela, para pembuat growol mencari ketela di sekitar Purworejo, Jawa Tengah, atau jika pasokannya masih sedkit, terpaksa harus membeli ketela ke Muntilan," katanya.
 (ANT/A024)

READMORE - FOOD TRADISIONAL YOGYAKARTA
 

blogger by Febtaris Nursuparyanto | Make Money Online