Selasa, 18 Januari 2011

DESKRIPSI CARA-CARA PENCEGAHAN KEKEMBUHAN PENYAKIT ASMA PADA ANAK DI PANJATAN KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN 2010


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Visi Indonesia sehat yang diharapkan, belum mampu diterapkan di Indonesia saat ini. Hal ini dibuktikan dengan angka kejadian penyakit asma yang terus meningkat prevalensinya, baik di negara maju maupun berkembang dan hanya sedikit penderita asma yang terkontrol dengan baik. Di Eropa angka kejadian asma mencapai 5 %, di  Asia Pasifik angka kejadian asma mencapai sekitar 2,5 % sedangkan di indonesia angka kejadian asma mencapai  5,4  %. (Ramaiah,2006)
Berdasarkan data WHO tahun 2006, sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma 80 % terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20 persen untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. 
1
 
Hasil penelitian  International study on asthma and alergies in childhood pada tahun 2006, menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan, namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik, diperlukan oleh penderita  untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik, maka penderita harus bisa merawat penyakitnya, dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut (Sundaru, 2008).
Walaupun asma merupakan penyakit yang dikenal luas oleh masyarakat,namun penyakit ini kurang begitu dipahami, sehingga timbul anggapan dari sebagian  perawat dan masyarakat bahwa asma merupakan penyakit yang sederhana serta mudah diobati dan pengelolaan utamanya dengan obat-obatan asma khususnya bronkodilator. Maka timbul kebiasaan dari dokter atau perawat dan pasien untuk mengatasi gejala penyakit asma saja, bukannya mengelola asma secara lengkap. Khususnya terhadap gejala sesak nafas dan mengi dengan pemakaian obat-obatan. Pengetahuan yang terbatas tentang asma membuat penyakit ini seringkali tidak tertangani dengan baik (Ramaiah, 2006). 
Mengingat hal tersebut pengelolaan asma yang terbaik haruslah dilakukan pada saat dini dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak mengalami serangan. Pada saat ini, hal tersebut masih jauh dari kenyataan. Pada akhir-akhir ini dilaporkan adanya peningkatan prevalensi morbiditas dan mortalitas asma di seluruh dunia terutama didaerah perkotaan dan industri. Prevalensi yang tinggi ini menunjukkan bahwa pengelolaan asma belum berhasil. Berbagai faktor menjadi sebab dari keadaan ini yaitu adanya kekurangan dalam hal pengetahuan tentang asma, kelaziman melakukan diagnosis yang lengkap atau evaluasi sebelum terapi, sistematika dan pelaksanaan pengelolaan, upaya pencegahan dan penyuluhan, serta pengelolaan asma. Untuk meningkatkan pengelolaan asma yang baik, hal-hal tersebut di atas harus dipahami dan dicarikan pemecahannya.
Asma perlu mendapat perhatian karena penyakit asma dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi. Pengetahuan tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga  ikut membantu untuk meminimalisasi faktor  pencetus asma bagi penderitanya (Hudoyo, 2008). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 
Penyakit asma paling banyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Disamping itu banyak permasalahan kesehatan lain yang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya.
Cara mencegah kekambuhan asma pada anak :
• Mensegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetic merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alerginitis tinggi baik pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.
• Orang tua, terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
• Pencegahan terjadinya infeksi saluran nafas dan akibatnya.
• Pemberian asi eksklusif akan memberikan kekebalan dan efek imunologis pada anak.
Tindakan pencegahan pada anak yang telah bermanifestasi ;
• Menhindarkan faktor pencetus ; alergan makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus/bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
• Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.
 Berdasarkan  data dari  Puskesmas Panjatan 1 prosentase sejala asma pada anak  di wilayah Kecamatan Panjatan Kulon progo mencapai 60 % dari total semua jenis penyakit asma.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti ingin mendiskripsikani cara-cara pencegahan kekembuhan penyakit asma pada anak di Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan perumusan masalah : “Bagaimanakah cara-cara pencegahan kekembuhan penyakit asma pada anak di Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010?”

C.  Tujuan Penelitian
Diketahui cara-cara pencegahan kekembuhan penyakit asma pada anak di Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Bagi peneliti.
Sebagai pengalaman dalam mengkaji secara ilmiah.
2.      Bagi instansi pendidikan.
Menambah literature bacaan tentang asma.
3.         Bagi penderita ashma
Memberikan tambahan informasi kepada penderita ashma tentang kesiapan dirinya dalam menghadapi ashma pada anak-anak.

E.   Ruang Lingkup
1.      Materi.
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah pengetahuan penderita asma tentang faktor resiko kekembuhan penyakit asma pada anak dengan cara mencegah kekambuhan.
2.      Responden.
Responden yang dipakai dalam penelitian ini adalah anak penderita asma yang sering mengalami kekambuhan di kecamatan Panjatan,Kulon Progo.

F.      Keaslian Penelitian
Penelitian tentang asma antara lain  : 
1.  Suryani (2008), meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang asma dengan frekuensi kekambuhan asma pada anak. Studi unit rawat jalan anak RSU dr. soetomo Surabaya. Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat studi analitik. Mencari hubungan antara dua variabel dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square test dan apabila tidak memenuhi syarat menggunakan fisher exact test. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan frekuensi kekambuhan asma.
2.  Suryaningnorma (2007), meneliti analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan obat asma inhalasi. Desain studi, menggunakan non random sampling secara judgement dengan kriteria pasien rawat jalan poli asma RSU dr. Soetomo Surabaya yang memperoleh resep obat asma inhalasi yang harus disemprotkan rutin setiap hari, pasien melakukan pengobatan berulang minimal satu kali, pasien menerima obat asma inhalasi (Inflammide) baik mono maupun multiple drug therapy, pasien memperoleh obat melalui ASKES, alamat pasien jelas dan mudah dihubungi, pasien dewasa yaitu usia 17 – 64 tahun, dan pasien bersedia ikut dalam penelitian (kooperatif). Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 43 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Faktor pengetahuan berpengaruh secara signifikan baik secara simultan  maupun parsial terhadap kepatuhan penggunaan obat asma inhalasi.
3.  Manfaati (2000), meneliti hubungan berbagai kelainan atopi (alergi) dengan penyakit asma pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di Kotamadya Yogyakarta. Desain studi, menggunakan  case kontrol. Subjeknya adalah siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di kotamadya Yogyakarta. Data yang digunakan adalah dari siswa, karakteristik orang tua dan riwayat keturunan alergi dari keluarga. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dengan analisa data uji T-test, chi square test. Ada hubungan signifikan antara berbagai kelainan alergi dengan penyakit asma pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama di Kotamadya Yogyakarta.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah jenis penelitian  deskriptif  dengan lokasi dan waktu yang berbeda.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    LANDASAN TEORI
1.      Pengertian Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.
2.      Penyebab asma,
penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
7
 
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
3.      Faktor-faktor pencetus asma pada anak:
         Faktor emosi ; gangguan emosi dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas. Faktor imunologis / alergi ; saat ini telah banyak bukti bahwa alergi merupakan salah satu faktor penting berkembangnya asma. Atopi merupakan faktor resiko nyata yang dapat menyebabkan timbulnya gejala asma. Faktor non alergi ; infeksi virus/bacterial dan zat-zat iritan/polutan. 
4.      Gejala asma
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.
5.      Pengobatan asma
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
a)       gangguan proses penyembuhan luka
b)       terhambatnya pertumbuhan anak-anak
c)       hilangnya kalsium dari tulang
d)       perdarahan lambung
e)       katarak prematur
f)        peningkatan kadar gula darah
g)       penambahan berat badan
h)       kelaparan
i)         kelainan mental.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
6.      Upaya pencegahan
Upaya pencegahan asma pada anak yang belum bermanifestasi  :
a)      Mensegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetic merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alerginitis tinggi baik pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.
b)      Orang tua, terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
c)      Pencegahan terjadinya infeksi saluran nafas dan akibatnya.
d)     Pemberian asi eksklusif akan memberikan kekebalan dan efek imunologis pada anak.
Tindakan pencegahan pada anak yang telah bermanifestasi ;
a)      Menhindarkan faktor pencetus ; alergan makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus/bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
b)      Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.

7. Hal-hal yang harus diperhatikan pda asma anak :
a)      Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.
b)      Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap hari.
c)      Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar, udara dan air dingin.
d)     Sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas. (suriviana,2005)
  1. Text Box: KEKEMBUHAN PENYAKIT ASMA PADA ANAK YANG DICEGAHKerangka Konsep

 



Ket :
 

                     : Yang diteliti
 

                     : Yang tidak diteliti



 

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan metode diskriptif  yaitu berupa ungkapan masalah yang sedang dikaji setiap aspek apa adanya kemudian dilakukan tindakan pebaikan tentang cara-cara pencegahan kekembuhan penyakit asma pada anak di Panjatan, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010.
B.     Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiono,2002)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak di kecamatan Panjatan yang mengalami penyakit asma berjumlah 60 anak.
  1. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakansampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sample itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sample yang diambil dari populasi harus betul-betul representative. (Sugiyono,2002)
15
 
Penelitian ini menggunakan sampel jenuh yang berjumlah 60 anak.

C.     Variabel
            Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu cara-cara pencegahan kekambuhan penyakit asma pada anak.
D.     Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data cara-cara pencegahan kekambuhan penyakit asma pada anak adalah menggunakan kuesioner.
            Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respon dalam arti laporan (Arikunto,2002) .
            Alat pengumpulan data yang digunakan adalah daftar pertanyaan tertutup yang sudah disiapkan jawabannya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 butir, dengan kisi-kisi pertanyaan mengenai tindakan pencegahan asma pada anak.
E.     Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci operasional.
Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain. (Nursalam,2003)
Tindakan pencegah:an asma pada anak
1.      Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.
2.      Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap hari.
3.      Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar, udara dan air dingin.
4.      Sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas.(suriviana,2005)
F.     Uji Validitas dan Reliabilitas
  1. Uji Validitas
              Uji Validitas adalah mengukur akurasi data penelitian melalui butir-butir pertanyaan (kuesioner) dalam penelitian kepada responden, peneliti ingin data yang diteliti valid dan tidak valid, dengan menggunakan rumus korelasi. Product moment (Sugiono,2006) .
Rumus I : dengan nilai simpanan

Ket         : x        : x –x
                 y        : y – y
                 X       : skor rata-rata dari X
                 Y       : skor rata-rata dari Y
Rumus II : dengan angka kasar

  1. Uji Reliabilitas
      Untuk menguji ketepatan instrument pengukuran dengan konsistensi diantara butir-butir pertanyaan dalam  satu instrument reliabilitas berkaitan dengan ketepatan prosedur pengukuran dan konsistensi. Data yang tidak reliable, tidak dapat diproses lebih lanjut karena akan menghasilkan kesimpulan yang  bias pengujian reliabilitas dalam peneliti ini menggunakan rumus K-R 20 (Sugiono,2006).

Ket :  r11    : reliabilitas instrumen
K    : banyak butir pertanyaan
Vt   : varians total
p    : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subyek yang mendapat skor 1)




G.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan membagikan lembar pertanyaan kuesioner kepada responden untuk diisi lalu dikembalikan pada hari yang sama, selanjutnya dilakukan analisis validitas dan reliabilitas melalui komputerisasi.
H.  Pengolahan Data dan Analisa
  1. Metoda  pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan :
    1. Editing, yaitu proses untuk melihat apakah jawaban-jawaban dari kuesioner sudah terisi lengkap/belum.
    2. Coding, yaitu proses pemberian kode tertentu pada jawaban kuesioner untuk dikelompokkan pada kategori yang sama.
    3. Scoring, yaitu kegiatan pemberian nilai atau harga yang telah ditentukan untuk menjawab dari pertaanyaan.
    4. Tabulasi, yaitu pengelompokan data atas jawaban-jawaban dengan teliti dan teratur, kemudian dihitung dan ditampilkan dalam bentuk tabel agar mudah dibaca.
    5. Penggolahan data, pemasukan data, pembersihan data dan analisis statistik dilakukan secara komputerisasi, yaitu dengan menggunakan program SPSS for windows 12.0

  1. Analisa data
            Tekhnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari sub variabel yang diteliti sehingga dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel.Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi maka digunakan rumus:
 X100%


Keterangan
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Subyek
100 : Bilangan Tetap (Burhan Bungin,2001).
I.       Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang dilakukan meliputi :
  1. Pra Penelitian
Sebelum melakukan penelitian maka dilakukan survey, observasi tempat penelitian dan penyusunan ijin penelitian maupun studi pustaka terhadap penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
  1. Persiapan Penelitian
Pada tahap persiapan ini mencakup kegiatan-kegiatan pemilihan (perumusan) masalah dan penyusunan proposal sampai dengan penyusunan instrument (kuesioner) tentang pengaruh peran orang tua terhadap remaja yang minum minuman beralkohol, maka menentukan uji validitas dan reliabilitas yang akan digunakan.
  1. Pelaksanaan
Melakukan pembagian kuesioner terhadap responden yang telah ditentukan oleh peneliti membagikan kuesioner secara langsung kepada responden. Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data untuk melihat jawaban-jawaban kuesioner yang telah terisi lengkap/belum, kemudian dianalisis secara cross section dengan menjumlahkan item pertanyaan yang telah disebarkan, kemudian disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis dan sederhana dalam penyusunan laporan.








 

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsini. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Notoatmojo, Soekidjo.2002.”Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta:Rineka        
Cipta.
Sugiyono. 2002. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Riwidikdo, handoko. 2009. Statistik Penelitian Kesehatan.Yogyakarta:Pustaka Rihama








Lampiran 1 : Surat Persetujuan kuesioner
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama               :
Umur               :
Jenis Kelamin  :
Alamat                        :
Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian :
DESKRIPSI CARA-CARA PENCEGAHAN KEKEMBUHAN PENYAKIT ASMA PADA ANAK DI  PANJATAN KULON PROGO YOGYAKARTA
Ringkasan keterangan mengenai penelitian ini telah diberikan kepada saya, saya mengetahui dan mempunyai kebebasan untuk bersedia atau tidak. Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan spesimen saya dipakai sebagai sampel penelitian dan dapat memberikan tambahan informasi yang dibutuhkan.

                        Yogyakarta,
Mengetahui                                                                 Yang mengetahui


Peneliti                                                                                    Penderita
Lampiran 2 : Lembar kuesioner
DESKRIPSI CARA-CARA PENCEGAHAN KEKEMBUHAN PENYAKIT ASMA PADA ANAK DI  PANJATAN KULON PROGO YOGYAKARTA
Identitas anak
Nama               :
Umur               :
Jenis kelamin   :
Alamat            :
Identitas orang tua anak
Nama               :
Umur               :
Jenis kelamin   :
Pekerjaan         :
Alamat                        :
PETUNJUK
  1. Pada halaman berikut Anda akan menjumpai sejumlah pertanyaan
  2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan berikan salah satu jawaban Anda dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih
YA : Bila anda menghendaki jawaban ya
TIDAK : Bila Anda menhendaki jawaban tidak
  1. Jawaban terbaik adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda sehari-hari
  2. Usahakan agar semua pertanyaan tersebut tidak ada yang terlewati
Pertanyaan :
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
YA
TIDAK
1
Jika tidak diobati,asma akan sembuh sendiri


2
Obat – obatan asma akan menormalkan kembali saluran nafas


3
Obat – obatan asma bias menimbulkan ketagihan bila diminum terus menerus


4
Apakah anak anda dihindarkan dari minuman bersoda/kola


5
Apakah anak anda ketika asma dihindarkandari makanan kacang-kacangan dan gorengan


6
Apakah setiap hari lantai dirumah selalu disapu & dipel


7
Apakah setiap 2 minggu sekali seprei, selimut, korden, karpet dan karung bantal selalu diganti dan dicuci


8
Apakah ada salah satu keluarga anda ada yang merokok


9
Apakah anak anda selalu dihindarkan dari asap rokok


10
Apakah setiap malam anda menggunakan obat nyamuk bakar/semprot


11
Apakah anak anda selalu diawasi dari debu ataupun sesuatu yang menyebabkan alergi


12
Apakah anda melarang anak anda untuk melakukan kegiatan berat


13
Apakah sebelum beraktifitas anak anda anjurkan minum obat


14
Olahraga teratur dapat menyembuhkan penyakit asma


15
Apakah sebelum beraktifitas anda menganjurkan anak anda untuk memakai minyak wangi


16
Apakah anak anda, anda anjurkan untuk menjaga kebersihan


17
Asma merupakan penyakit yang disebabkan oleh perasaan gugup


18
Asma adalah masalah pernafasan yang dipicu oleh emosi berlebih


19
Apakah anda langsung membawa ke dokter setelah obat anak anda habis


20
Hanya dokter yang boleh menelpon ambolan dan membawa anda ke rumah sakit



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger by Febtaris Nursuparyanto | Make Money Online